Dalam pernyataan mengejutkan, Sara Duterte mengungkap bahwa jika dirinya terbunuh, maka tanggung jawab sepenuhnya ada di pundak Presiden Ferdinand “Bongbong” Marcos Jr., istrinya Liza Araneta, dan Ketua Parlemen Martin Romualdez. Pernyataan itu bukan sekadar peringatan, melainkan seperti deklarasi perang terbuka. Sara menegaskan bahwa ini bukan lelucon, menyulut kembali bara konflik yang selama ini terpendam di antara dua keluarga besar tersebut.
Perselisihan yang Kian Memanas
Hubungan Duterte dan Marcos dulunya kokoh, terutama saat mereka bekerja sama memenangkan Pemilu 2022. Namun kini, keduanya berubah menjadi rival sengit. Sara mengungkap bahwa dirinya telah menerima ancaman pembunuhan yang diduga merupakan bagian dari konspirasi politik untuk menjatuhkannya. Ancaman ini memperkeruh situasi, terutama setelah Sara menyatakan bahwa dia berada di “wilayah musuh” saat menghadiri rapat di parlemen.
Gambar Istimewa : philstar.com
Ketegangan ini mencapai puncaknya dengan munculnya isu pemakzulan terhadap Sara, sebuah langkah yang dipimpin oleh parlemen di bawah Romualdez, sepupu Marcos Jr. Lebih jauh lagi, anggaran untuk kantor Sara Duterte dipangkas secara drastis, sebuah tindakan yang dia anggap sebagai serangan langsung terhadap posisinya. Bahkan, penahanan kepala stafnya, Zuleika Lopez, menjadi pemicu tambahan dalam konflik ini.
Retaknya Aliansi Politik
Konferensi pers Sara Duterte adalah momen penting yang menunjukkan retakan besar dalam hubungan kedua dinasti. Tuduhan saling dilontarkan dengan nada keras. Di satu sisi, Sara menuding Marcos Jr. tidak kompeten, bahkan pernah mengatakan bahwa dia membayangkan memenggal kepalanya. Di sisi lain, Marcos Jr. menuding keluarga Duterte menyalahgunakan kekuasaan, bahkan mengaitkan mereka dengan penggunaan opioid.
Situasi ini menjadi lebih kompleks dengan bayangan pemilu sela dan Pemilihan Presiden 2028 yang semakin dekat. Kedua belah pihak yang dulunya bersatu kini terlibat dalam perebutan kekuasaan yang kian tajam. Sara, yang dikenal sebagai figur kuat dalam politik Filipina, kini menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan posisinya di tengah tekanan dari kubu Marcos.
Rakyat Filipina di Tengah Bara Konflik
Ketegangan politik ini tidak hanya berdampak pada kedua keluarga besar, tetapi juga pada rakyat Filipina. Konflik antar-dinasti ini menciptakan ketidakstabilan yang mengancam masa depan politik negara. Rakyat Filipina hanya bisa berharap agar konflik ini segera mereda dan pemerintah dapat kembali fokus pada pemulihan ekonomi serta peningkatan kesejahteraan.
Namun, dengan api konflik yang terus menyala, masa depan Filipina terlihat semakin suram. Akankah negara ini mampu keluar dari bayang-bayang perseteruan dua dinasti besar, atau justru tenggelam lebih dalam dalam jurang ketidakstabilan? Hanya waktu yang akan menjawab.