Semakin banyak Gen Z Amerika khawatir kehilangan pekerjaan mereka jika terjadi penurunan ekonomi – meskipun tanda -tanda pasar tenaga kerja yang lebih luas tetap stabil.
Sebuah laporan baru dari Allianz Life menunjukkan bahwa 64 persen pekerja Gen Z khawatir mereka dapat diberhentikan pada tahun depan, naik dari 55 persen hanya beberapa bulan yang lalu dan secara signifikan lebih tinggi dari 45 persen milenium dan 41 persen Gen Xers yang memiliki kekhawatiran yang sama.
Temuan ini menunjukkan kesenjangan generasi yang tumbuh dalam kepercayaan diri di tempat kerja, dan ketakutan ini tidak selalu tidak berdasar. Seiring dengan pekerjaan yang menarik perhatian di pemerintah federal yang dimulai awal tahun ini, sekelompok perusahaan telah memberhentikan pekerja sejauh ini pada tahun 2025, termasuk Microsoft, UPS, Dell, BP dan lainnya. Terlebih lagi, laporan 2 Juli oleh perusahaan penempatan Challenger, Gray & Christmas menemukan bahwa pemotongan pekerjaan telah melonjak ke total pertengahan tahun tertinggi sejak pandemi Covid-19.
“Ini pasti dapat menyebabkan Anda merasa dapat dibelanjakan,” David Rice, seorang ahli SDM di orang yang mengelola orang, memberi tahu Newsweek. “Anda tidak merasa memiliki pengaruh pada tahap karier Anda dan gagasan pekerjaan lepas atau kontrak mungkin terasa seperti Wild West bagi banyak dari mereka.”
Persepsi Vs. Data
Terlepas dari meningkatnya kekhawatiran, indikator pasar tenaga kerja telah menunjukkan kekuatan relatif dalam beberapa bulan terakhir. Tingkat pengangguran tetap rendah dan PHK secara keseluruhan tetap rendah, menurut lowongan pekerjaan terbaru dan Survei Perputaran Tenaga Kerja (Jolts). Pertumbuhan pekerjaan juga meningkat, dengan pengusaha AS memposting 7,8 juta lowongan pada bulan Mei, Departemen Tenaga Kerja melaporkan Selasa, naik dari 7,4 juta pada bulan April
Rice mengatakan persepsi penting sama seperti data. “Mereka tidak melewati banyak badai seperti ini,” katanya tentang Gen Z Workers. “Banyak dari mereka masih memiliki profil keterampilan yang sangat mentah, dan semua ini terjadi pada saat pekerjaan entry-level dikatakan dalam fluks.”
Profesor Sekolah Bisnis Columbia Rita McGrath mengatakan bahwa ketidakpastian Gen Z di sekitar PHK masih beralasan, mengingat bahwa posisi mereka di tempat kerja seringkali dapat menjadi genting.
“Jika Anda masih muda, seringkali ini agak disewa, pertama-tama dipecat, dan jika perusahaan tidak mempekerjakan dan jika mereka mencoba untuk memberhentikan orang, mereka mungkin memotong pekerja termuda, yang paling tidak berpengalaman yang belum memberikan banyak nilai bagi perusahaan mereka,” katanya kepada perusahaan mereka, “katanya kepada perusahaan mereka,” katanya kepada perusahaan mereka, “katanya kepada perusahaan mereka,” katanya kepada perusahaan mereka, “katanya kepada perusahaan mereka,” katanya kepada perusahaan mereka, “katanya kepada perusahaan mereka,” katanya kepada perusahaan mereka, “katanya kepada perusahaan mereka,” katanya kepada perusahaan mereka, “katanya kepada Newsweek.
Foto-ilustrasi oleh Newsweek/Getty/Canva
Dimana PHK terjadi
Banyak kekhawatiran Gen Z mungkin berasal dari industri yang mereka masuki. Sektor -sektor seperti teknologi, ritel, media, dan pemerintah telah melihat kehilangan pekerjaan yang menonjol dalam setahun terakhir, dan pekerja yang lebih muda seringkali terlalu terwakili di bidang ini.
“Tech telah melihat salah satu booming terbesar di PHK,” kata Rice. “Apakah itu kebetulan bahwa itu adalah sektor yang mengembangkan AI dan mulai berpikir itu membutuhkan lebih sedikit orang? Tidak, saya tidak berpikir itu.”
Jason Leverant, presiden dan COO di perusahaan kepegawaian Atwork Group, setuju bahwa pekerja yang lebih muda secara tidak proporsional terpengaruh oleh berita dari dunia teknologi. “Ini kemungkinan membentuk ketakutan dan ketidakpastian yang kita lihat dari Gen Z,” katanya Newsweekmenambahkan bahwa itu bisa menjadi “katalis besar” bagi para profesional muda untuk melihat industri lain di mana keterampilan mereka mungkin lebih baik digunakan.
Tetap saja, Rice memperingatkan bahwa itu bukan hanya teknologi. “Media telah memberhentikan orang secara massal selama 20 tahun … dan PHK massal di pemerintahan telah menciptakan banyak ketidakpastian.”
Tekanan keuangan
Kecemasan ekonomi tidak terjadi dalam ruang hampa. Pekerja yang lebih muda memasuki pasar kerja di bawah gunung utang siswa dan menghadapi biaya tinggi, terutama di kota -kota.
“Hutang siswa adalah astronomi,” kata Rice. “Lulusan rata -rata menyelesaikan sekolah dengan hutang sekitar $ 77.000 … sewa di luar kendali di sebagian besar kota besar. Generasi ini tidak memiliki aset karena mereka tidak mampu membayar harganya.”
Dia menambahkan bahwa biaya perumahan telah melampaui pertumbuhan pendapatan dengan margin yang luas: “Sejak 1985, harga rata -rata rumah telah meningkat 408 persen, tetapi pendapatan rumah tangga rata -rata hanya meningkat 241 persen,” yang selanjutnya menunjukkan tekanan keuangan pada pekerja.
Di kota -kota seperti New York, bahkan gaji yang tampaknya solid mungkin tidak jauh. “Jika Anda telah mendapatkan pekerjaan di area metro NYC sebagai orang muda yang menghasilkan $ 80.000 per tahun … CEO Anda telah memesan semua orang kembali ke kantor di daerah metro di mana apartemen studio berharga $ 3.200 sebulan,” lanjutnya. “Apakah penurunan ekonomi terdengar mengancam kemampuan Anda untuk mempertahankan diri? Tentu saja itu.”
Kecemasan AI
Teknologi yang muncul juga berkontribusi terhadap ketakutan Gen Z, dengan munculnya kecerdasan buatan menjadi salah satu perubahan paling mendalam tentang bagaimana kita hidup dan bekerja dalam ingatan baru -baru ini. Dalam survei World Economic Forum baru -baru ini, 41 persen perusahaan global mengatakan mereka berharap dapat mengurangi tenaga kerja mereka dalam lima tahun ke depan karena AI.
“Apakah itu kebetulan bahwa teknologi meletakkan orang dan membangun alat AI pada saat yang sama? Saya tidak berpikir begitu,” kata Rice. “Ini menciptakan perasaan bahwa Anda melatih diri Anda untuk pekerjaan yang bahkan mungkin tidak ada pada saat Anda pandai dalam hal itu.”
Rice berpendapat bahwa dampak AI sangat akut bagi pekerja dalam peran dukungan kreatif, administratif, dan teknis – pekerjaan yang pernah dianggap sebagai titik masuk yang aman tetapi sekarang berada di pusat perbatasan AI. “Banyak peran karir awal sedang diregangkan kembali atau dieliminasi sepenuhnya. Itu membuat lebih sulit bagi pekerja muda untuk bahkan mendapatkan kaki di pintu,” katanya.
Namun, AI mungkin tidak harus menjadi pembunuh pekerjaan yang akan segera terjadi. Leverant percaya kecemasan seputar AI tentu saja bermanfaat, tetapi mungkin prematur. “AI adalah alat perolehan efisiensi yang luar biasa, dan tidak benar-benar dapat benar-benar mengambil pekerjaan … belum“katanya.” Ada banyak, banyak pekerjaan yang ada dalam perekonomian saat ini yang membutuhkan tangan manusia untuk menyelesaikan pekerjaan. “
Namun, laju perubahan itu membingungkan, terutama bagi pekerja yang masih berusaha membangun keahlian mereka. Ketidakpastian di sekitar ke mana AI menuju – dan seberapa cepat – menambah beban psikologis ke pasar kerja yang sudah kompleks.
“Saat ini, kami tidak memiliki jalur yang jelas untuk beradaptasi dengan gangguan AI,” kata Rice. “Tidak ada program literasi AI universal, tidak ada rute peningkatan standar. Ini hanya berita utama dan spekulasi yang konstan, dan itu cukup untuk membuat siapa pun cemas – terutama jika Anda baru memulai.”